Rabu, 27 Juni 2012

Pemandangan kaki gunung karang

Pemandangan Alam di Kaki Gunung Karang Primadona Wisata di Kabupaten Pandeglang


gunung-karangBanten memang dikenal kaya potensi wisata spiritual. Kalau daerah Banten Lama di Kabupaten Serang, misalnya, dikunjungi ribuan wisatawan setiap liburan karena memiliki kawasan wisata peninggalan Sultan Banten – yang antara lain berisi Benteng Surosowan, Mesjid Agung, Klenteng Kuno dan sejumlah makam keluarga Sultan Hasanudin, maka Kabupaten Pandeglang, 20 km dari Kota Kabupaten Serang, juga dikenal karena memiliki kawasan wisata Gunung Karang.
Dalam buku potensi usaha pariwisata Kabupaten Pandeglang yang diterbitkan 7 tahun silam, disebutkan kawasan wisata Gunung Karang memiliki 3 objek kunjungan.
Objek kunjungan pertama disebut Sumur Tujuh. Objek kunjungan kedua, Kolam Renang Cikoromoi yang dilengkapi tempat penziarahan Cibulakan. Objek penziarahan itu menjadi menarik diamati pengunjung, karena dikolam pemandiannya terdapat Batu Qur’an, batu berukuran besar terletak di dasar kolam dan bertuliskan huruf-huruf arab. Diperkirakan batu bertuliskan huruf arab itu sudah berusia lebih 5 abad. Dan objek kunjungan yang ketiga disebut pemandian air panas Cisolong.
Dibandingkan dengan objek kunjugan kolam renang Cikoromoi, atau pemandian air panas Cisolong, objek kunjungan Batu Quran dan Sumur Tujuh lebih sering dikunjungi umat Islam pada hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad, 1 Muharam, menjelang Ramadhan, Idul Fitri atau Idul Adha. Ribuan umat Islam selalu mengunjungi kedua objek wisata spritual itu di setiap liburan, karena sejarah keberadaan objek wisata Sumur Tujuh dan Batu Qur’an, konon kabarnya, erat kaitannya dengan kegiatan keluarga Sultan Banten dalam penyebaran Islam di abad ke 15.
Karena itu, sejumlah perusahaan biro perjalanan wisata di Jawa, khususnya lembaga pengajian atau majelis taklim di Jabotabek, Banten, Bandung dan Cirebon sering menjadikan pemandangan alam di kaki Gunung Karang sebagai tujuan wisata menarik. Soalnya di lokasi itu juga terdapat obyek wisata Batu Qur’an dan Sumur Tujuh. Menariknya lagi, pada saat-saat tertentu di musim durian, pedagang durian juga bermunculan di sepanjang jalan menuju lokasi kaki gunung Karang mulai dari daerah Ciasem, kota Pandeglang atau Cikoromoi.
Cerita panjang mengenai misteri Sumur Tujuh itu akan dikupas dalam tulisan terpisah. Lalu, apa daya tarik objek wisata pemandian Batu Qur’an? Untuk mengetahuinya, mungkin Anda bisa mempelajari pengakuan Haji Wahab Gaffar (57) dari Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Haji Wahab Gaffar, pensiunan pegawai Pemda Tk I Nusa Tenggara Barat itu mengaku sudah sejak kuliah di Universitas Gajah Mada tahun 1960 mendengar beragam daya tarik pemandian Cibulakan. Karena itu, kakek 6 cucu dari 4 anak ini bernazar begitu pensiun akan meluangkan waktu melaksanakan wisata spiritual dengan mengunjungi makam Sunan Ampel di Surabaya hingga menengok semua peninggalan zaman kejayaan Sultan Banten, termasuk pemandian Batu Quran itu.
“Ketika melihat sendiri, saya baru percaya, batu qur’an itu ada. Jadi,bukan dongeng yang dibuat-buat. Batu Quran itu merupakan salah satu sisa peninggalan masa jaya Sultan Banten,” ujar Haji Wahab Gaffar. “Sayangnya, Pemda terkesan membiarkan obyek wisata itu tumbuh tanpa perawatan seperlunyam sehingga tidak terkesan obyek wisata itu sangat berarti bagi umat Islam, khususnya bagi aset sejarah di Banten,” tambahnya.
Lokasi pemandian Batu Quran terletak di kaki Gunung Karang, tepatnya di Desa Kadubumbang Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Lokasi pemandian memang sangat sederhana. Hanya ada sebuah kolam di situ. Tetapi, jika liburan panjang tiba, antrian orang berdatangan ke pemandian tersebut.
Pengunjung selalu dibuat takjub, karena menurut cerita kuncen, petugas penjaga pemandian Cibulakan, air kolam pemandian – yang tingginya hanya sekitar 1,5 meter dari dasar kolam – tak bisa kering sekalipun musim kemarau berlangsung panjang. Prof Dr Muarif Ambari dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional juga pernah mempelajari bagaimana mengeringkan kolam Cibulakan, kemudian Batu Quran yang ada diteliti asal muasalnya. Ternyata sulit. Pasalnya, air Cibulakan tak mudah kering kendati disedot pipa air bertekanan ratusan kubik perjam. Akibat itu para ahli sejarah kepurbakalaan yakin bahwa batu bertulisan huruf-huruf al-quran yang ada di batu-batu di dasar kolam Cibulakan, sengaja dibuat oleh pengikut Sultan Banten dalam rangka syiar Islam. Batu-batu itu telah dijadikan media pengikut Sultan untuk warga Banten tentantg bagaimana menghormati air untuk diminum, bagaimana menghormatyi air untuk dijadikan wudhu, dan bagaimana menjadikan air sebagai modal kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar